Headlines News :

BIDANG ROHANI DELAPAN SEBELAS SANGGAR INDAH BANJARAN

Bersama Meraih Ridho Allah SWT

Taqobalallahu minna wa minkum wa ja'alanallahu minal aidin wal faizin". Semoga amal ibadah kita diterima Allah dan kita kembali (ke fitrah) dan meraih kemenangan (melawan hawa nafsu)

Home » , » Jangan Benci Aku, Mama....!

Jangan Benci Aku, Mama....!

Written By Unknown on Sabtu, 14 April 2012 | 18.18



Seberapa pentingkah anak-anak bagi Anda? Seberapa besarkah kasih 
sayang Anda kepada mereka? Ingat, jangan pernah mengabaikan mereka, karena mereka adalah anak-anak yang Tuhan titipkan kepada Anda. Semoga kisah dari Irlandia Utara ini akan mengubah Anda dari seorang yang mengabaikan anak-anak menjadi orang tua yang mengasihi mereka. Bacalah dengan perlahan dan berdoalah setelah 
Anda selesai membacanya. 

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, 
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. 

Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. 
Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. 
Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. 
Sam selalu menuruti perkataan saya.. 

Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 
4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang 
yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. 
Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. 

Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah 
berlalu sejak kejadian itu. 

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia 
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat 
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. 

Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. 

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang 
anak. 
Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah 
saya. 
Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu 
cekali pada Mommy!" Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, "Tunggu...! Sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya Elic, Tante." 

"Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?" 

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai 
perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas 
kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang 
diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya 
perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati...,mati..., mati.... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan 
saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric... 

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan 
Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. 

" Mary ", apa yang sebenarnya terjadi?" 

"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu." Tapi aku menceritakannya juga dengan 
terisak-isak... 

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan 
suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric..Eric... 
Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan 
sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang 
terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa pun! 
Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. 
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. 

Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai 
berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas 
baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. .. Beberapa saat 
kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu...Air mata 
saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. 
Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. 
Namun,saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau. 

"Heii....! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!" 

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?" 

Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, 
Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. 
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..." 

Saya pun membaca tulisan di kertas itu... 

"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy 
marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..." 

Saya menjerit histeris membaca surat itu. 

"Bu, tolong katakan... katakan di mana ia sekarang? Saya 
berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!" 
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras. 

"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang,
Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya 
sangat kurus, 
ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di 
belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila 
Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana ... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini...Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana ..... Nyonya, dosa Anda tidak terampuni!" 

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi


RIDWAN PRIA KURNIA S.,ST
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Informasi Dari Bidang Rohani

Assalamu'alaikum Wr. Wb. kami Ucapkan terimkasih kepada seluruh warga Rt. 08 Rw. 11 sehingga terlaksananya acara Pengajian bulanan pada tgl 7 Juli 2012, semoga kita mendapat pahala yang berlipat dan ilmu yang manfaat amin.
 
Support : Creating Website | Seksi Rohani | Sanggar Indah Banjaran
Copyright © 2011. FORWARDS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Abu Luthfi
Proudly powered by Forwards-sib